Penulis: Rubaida Rose,
S.Ag. MM – MA PONPES Nurul Islam
Ragam budaya dan bahasa yang ada
di sekitar kita sangat menarik untuk di pelajari. Perbedaan yang ada
memunculkan berbagai pengalaman berbahasa yang membuat kita terhibur dan semakin
mencintai keragaman itu sendiri.
Kecintaan seorang ibu rumah tangga ini sangatlah
unik. Patut kita jadikan sebuah kisah unik yang mengajarkan kita indahnya
perbedaan dan keanekaragaman itu sendiri.
Tiap kali berbicara ibu yang
memiliki 6 orang anak ini selalu mengunakan bahasa kampung. Hal ini berlangsung
sejak Dia masih kecil. Kebiasaan berkomunikasi mengunakan bahasa kampung tak
lagi bisa ditinggalkan.
Ketika Ibu separuh baya ini
memiliki kesempatan berliburan kerumah anak perempuannya. Dia berusaha utuk
mengerjakan sholat lima waktu di musala yang ada di depan rumah anak
perempuannya. Bahasa kampung yang digunakan di daerah tersebut sangat berbeda
dengan bahasa yang ada di tempat sang Ibu menetap.
Hampir sebulan ibu separuh baya
melakukan rutinitas tersebut. Suatu hari anak perempuannya ikut sholat ke
mushalla tersebut. Setelah selesai sholat magrib. Ibunya masih duduk tanpa
berbicara sepatah katapun kepada Jemaah perempuan yang ada.
Anak perempuan ibu tersebut melihat
sesuatu yang aneh. Dia memperhatikan ibunya sampai sholat isa berakhir. Ibunya
hanya diam dan sekali-sekali tersenyum kepada Jemaah yang lain. Ketika sampai
di rumah anak perempuanya bertanya kepada sang ibu. Mengapa ibunya tak pernah
menyapa dan berbicara pada Jemaah yang lain.
Ibunya menjawab dan bercerita
pengalaman yang dilakukannya. Sang ibu mengakui kalo selama ini dia selalu
mendengar bahasa kampung yang sering digunakan oleh jemaah di dalam musala
tersebut. Dia berusaha memahami dan mencari cara agar Jemaah tersebut tidak
tersinggung.
Ibunya selalu mengangguk dan
sekali-sekali tertawa jika di ajak berbicara seolah dia paham. Hal tersebut tak
membuat Jemaah curiga. Jemaah di musala tak pernah berhenti menyapa dan bercerita kepada ibu.
Padahal ibu mengakui kalau dirinya sama sekali tak mengerti bahasa kampung
Jemaah di musala tersebut.
Ibu tersebut sudah berusaha
mengunakan bahasa Indonesia semampunya namun Jemaah di musala tersebut tak bisa
mengerti bahasa Indonesia yang ibu gunakan. Hal ini terjadi karena logat bahasa
kampung yang ibu gunakan sejak kecil berpengaruh cara pengucapannya. Hal ini
membuat bahasa Indonesia yang diucapkan ibu tersebut mengalami perubahan bunyi
dan makna.
Alhasil ibu tak mengerti bahasa yang
di gunakan semua Jemaah musala dan Jemaah musala juga tak bisa memahami bahasa
yang digunakan ibu. Namun ibu tetap bertahan pura-pura mengerti bahasa yang
mereka gunakan.
Ibu separuh baya berusaha
mempelajari bahasa kampung yang ada di daerah anaknya tinggal. Namun logat
bahasa kampung ibu tersebut tak bisa dihilangkan. Meskipun ibu tersebut
berusaha merubah. Setelah 3 bulan berada di kampung tersebut ibu separuh
baya menjadikan kisahnya sebagai lelucon
dan anak perempuannya selalu tersenyum
bila mengingat kejadian tersebut
Ibu tersebut sesekali tertawa
lepas mengingat kejadian berkaitan dengan kata “golok di atas kepala” yang
berarti gelap di atas kepala. Ibu tersebut berkisah sempat ketakutan dan
buru-buru pulang ke rumah mengingat kejadian ketika lampu mati di musala ada
yang menyapanya dan berkata: “ Bu, malam ini golok bu. Golok di atas kepala”.
Sang ibu ketakukan dan berpikir ada benda tajam berupa pisau panjang yang akan
mengorok kepalanya. Padahal maksud dari kata tersebut berbeda dengan pikiran
sang ibu.
Sejak hari itu ibu tersebut
selalu berusaha belajar mengucapkan bahasa Indonesia ketika ingin berbicara
pada semua orang. Meskipun kesulitan merubah logat bahasa tak kunjung bisa.
Keragaman bahasa yang ada
memiliki nilai budaya yang tinggi. Kemampuan berkomunikasi mengunakan ragam
bahasa daerah yang ada merupakan bukti bahwa Indonesia memiliki banyak
keistimewaan.
Mencintai bahasa Indonesia dengan
cara mengunakan bahasa ini sesuai kaiedah bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Mempersatukan bangsa dengan bahasa Indonesia agar saling memahami bahasa daerah
yang memiliki makna yang berbeda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar