Penulis: Rubaida Rose, MA
PP. Nurul Islam Kuantan Singingi
Berburu
penutur asli (Native Speaker)
merupakan hal yang masih jarang dilakukan oleh instansi pendidikan. Apalagi jika
hal ini menjadi sebuah program ungulan di sebuah instansi pendidikan. Rutinitas
ini merupakan hal yang belum biasa dilakukan menurut kebanyakan orang. Apalagi butuh
persiapan yang berkelanjutan. Karena hal ini bukan sekadar untuk membuang-buang
waktu, tenaga dan materi.
Manfaatnya
sangat banyak dirasakan oleh siapapun baik peserta didik, guru dan juga
masyarakat. Sepintas terdengar aneh namun pada kenyataan sangat menyenangkan
sekali. Memiliki nilai tanbah dalam pendidikan
yang layak untuk peserta didik saat
berada di bangku sekolah maupun perguruan tinggi. Baik juga untuk siapapun yang
memiliki ketertarikan dengan hal ini
Bagaimana
caranya ? Awalnya ini merupakan kelanjutan dari proses belajar mengajar yang
ada di sebuah sekolah. Munculnya kendala-kendala dalam memperaktikan ilmu dalam
berbicara menggunakan bahasa asing. Pemerintah
dalam merealisasikan kurikulum 2013. Jam pelajaran bahasa Inggris hanya ada 2 jam setiap minggu. Sementara
peserta didik dituntut mampu menguasai 4
keahlian speasking, reading, listening dan writing.
Sementara
itu wajib pula memiliki nilai pengetahuan, keterampilan dan sikap. Secara umum
semua kemampuan untuk menguasai teori dalam bahasa asing bisa diberi tambahan
waktu dengan kegiatan ekstakurikuler dan juga belajar mandiri diluar jam
sekolah. Namun tetap saja untuk aspek keterampilan peserta didik masih mendapat
kendala dalam pelaksanaannya. Hal ini
karena keterbatasan waktu yang ada di dalam kurikulum 2013.
Dari
hal ini muncullah ide kreatif yang efektif untuk peserta didik.. Guru Bisa membuat
sebuah program untuk mempraktikan kemampuan berbahasa peserta didik. Melalui
sebuah kegiatan rutin yang dilakukan setiap setahun sekali saat peserta didik
duduk di kelas 3 bangku sekolah menengah atas(SMA) atau saat peserta didik
duduk di bangku sekolah menegah pertama(SMP)dan Bisa juga saat mahasiswa yang
mengambil jurusan bahasa asing berada diujian semester akhir sebelum ujian
akhir sarjana.
Hal
ini dilakukan dengan cara terus melakukan pemetaan penilaian kepada peserta
didik. Pemetaan penilaian dilakukan sejak peserta didik berada dikelas awal
sampai dengan kelas akhir. Peserta didik berkelanjutan diberikan kegiatan ekstrakurikuler untuk menambah
kemampuan berbahasa. Peserta didik juga melakukan pembelajaran sesuai dengan
tuntutan kurikulum namun mendapatkan
kegiatan-kegiatan lain secara mandiri untuk menguasai 4 keahlian yang
ditargetkan kurikulum.
Setelah
kegiatan ini dilakukan maka dengan perencanaan yang matang peserta didik dapat
melakukan ujian praktik berbahasa asing di tempat objek wisata. Tempat tersebut
sebelumnya telah di survey apakah kemungkinan besar menjadi tempat singgah turis
manca negara. Agar kegiatan berburu penutur asli dapat terlaksana sesuai
tujuan.
Sebelum
keberangkatan dilakukan, guru telah menyiapkan instrument penilaian yang wajjib
di isi oleh peserta didik melalui wawancara mereka kepada penutur asli. Batas
minimal peserta didik boleh mewawancarai penutur asli sebanyak 3 orang. Selain
itu peserta didik wajib membuktikan hasil praktik bahasa asingnya dengan
melakukan selfie dengan penutur asli
dan video rekaman wawancara.
Untuk
memudahkan peserta didik mewawancara penutur asli (Native Speaker). Guru membentuk peserta didik dalam beberapa
kelompok dimana masing-masing kelompok bisa saling bekerja sama saat melakukan
wawancara ada yang melakukan perekaman video ada yang membantu
mendokumentasikan kegiatan mereka dengan foto-foto bersama native speaker tersebut.
Selanjutnya
guru telah menyiapkan beberapa orang guru pembimbing dikelompok-kelompok
peserta didik tersebut. Ini dilakukan agar ketika peserta didik yang mendapat
kesulitaan saat melakukan wawancara akan dibantu oleh guru pembimbing. Guru
pembimbing dimasing-masing kelompok juga sudah menyiapkan surat jalan dan
biodata lengkap dengan kartu tanda peserta didik yang diampunya. Hal ini untuk
melancarkan kegiatan ujian praktik dan memiliki kekuatan hukum dalam
administrasi melakukan kegiatan tersebut.
Setiap
peserta didik dan guru pembimbing mengunakan pakaian seragam lengkap dengan kartu
identitas. Kegiatan ini ini dilakukan
selama dua hari. Ketika jam sholat dan makan peserta didik bisa melaksanakan
ibadah di masjid-mesjid terdekat.
Peserta
didik sangat memiliki ketertarikan
melakukan kegiatan ini. terlihat dari antusias mereka berburu penutur asli (Native speaker) dengan menitari setiap
sudut tempat objek wisata. Selain itu
peserta didik ada yang mampu melakukan
wawancara lebih dari 10 orang turis yang ada di objek wisata tersebut. Hal ini
dibuktikan dengan lembar kerja yang mereka kumpulkan.
Melalui
kegiatan ini peserta didik, guru dan siapapun yang ikut terlibat. Memiliki
pengalaman bagaimana cara melakukan komunikasi dengan penutur asli. Selain
mengenal budaya cara mereka berbicara. Peserta didik juga terhibur dengan
suasana alam yang indah. Mereka bisa melepas kepenatan setelah 3 tahun belajar.
Mereka merasakan suasana nyaman dan
pikiran segar sebelum Ujian Nasional (UN) dilaksanakan .Selain itu menurunkan
resiko stress karena akan menaghadapi
banyak ujian yanga akan dilaksanakan. Mereka bisa belajar sejarah dan budaya yang ada di daerah objek
wisata tersebut..
Hal
ini bisa terwujud apabila sebuah instansi pendidikan memiliki komitnen yang
kuat untuk melakukan perbaikan dalam pendidkan. Guru dan peserta didik
bersinergi dalam pembelajaran. Kemudian menindak lanjuti pembelajaran yang memiliki
keterbatasan dengan kegiatan yang kreatif dan menarik bagi peserta didik pada
khususnya. Dan memberikan manfaat bagi semua kalangan pada umumnya. Tak pernah
berhenti terus melakukan penemuan ide-ide kreatif untuk meningkatkan
pembelajaran dengan inovasi tanpa henti baik secara nyata maupun
kegiatan-kegiatan virtual lainnya.
Rubaida
Rose, wanita kelahiran Tembilahan. Mengajar di sebuah Madrasah Aliyah di
Kabupaten Kuantan Singingi sejak tahun 2003 yang lalu. Menjadi guru penulis
adalah salah satu cita-citanya. Hal ini terwujud sejak bergabung di dunia tulis menulis bersama
Group Sahabat Guru Super Indonesia( SGSI). Ikut berkontribusi menulis di
antologi artikel pendidikan, puisi, cerpen dan menulis beberapa buku non
antologi. Tinggal di Kabupaten Kuantan Singingi, Provinsi Riau. Alumni Sekolah
Dasar Negeri No 016 Tembilahan, SMPN 05 Tanjung Pinang, Universitas Islam
Negeri Riau dan UPI tahun 2006. Username Telegram @rubaidarose.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar